Senin, 22 Desember 2014

Kembali [1]

Nama gue Talitha Raissa Amanda, gue sekarang sekolah di salah satu SMP  Negeri terkenal di Kota Jakarta, kelas akhir, lo bisa manggil gue Litha by the way. Gue punya tiga orang sahabat yang emang udah deket banget sejak kita kelas VIII, yang pertama namana Sekar Pramasha Putri, panggilannya Sekar. Yang kedua namanya Fauzan Putra Rahardja, dia lebih suka dipanggil Raha, gue gangerti kenapa dia lebih suka dipanggil pake nama belakangnya yang setau gue itu nama keluarga dia. Yang terakhir Camellia Tania Khoerunnisa, panggilannya Amel. Gue sekelas sama Amel, sedangkan Sekar sekelas sama Raha. Oh ya, gue punya seorang pacar, well, dia cukup ganteng, famous, dan banyak penggemarnya, dari kelas awal sampai yang seangkatan juga ada, namanya Rizqy Muhammad Bayu Wijaya, panggilannya Rizqy. Sekian.

***

KRIIIINNGG, TING TONG TING TONG TING TONG
Suara bel pulang terdengar nyaring, anak-anak dengan sigap membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja. 
"Baiklah, cukup sekian pelajaran hari ini, berdoa dahulu baru boleh pulang." kata Pak Ardiman, guru Ilmu Pengetahuan Sosial.
"Duduk siap! Sebelum pulang, mari kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa, dipersilakan." terdengar suara lantang Aqiil. 
"Berdoa dicukupkan! Beri salam!" "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." 
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Pak Ardiman.
Setelah itu, anak-anak segera berebut untuk keluar kelas. Menghirup udara segar, mencari pencerahan dari buteknya IPS. Di kelas ini tinggal gue dan Amel, menunggu Sekar dan Raha nyamperin.
"Mel." panggil gue.
"Mmm?" sahutnya.
"Gue putus aja gitu, ya? Cape gue dianggurin mulu sama Rizqy. Gila aja ini udah masuk bulan keempat gue dianggurin sama dia. Kasih kabar seminggu sekali, ketemu kaya pura-pura galiat, yekali gue apaan emang." tanya gue meminta pendapat.
"Lo yakin? Awas nyesel. Gue dukung lo aja deh, apapun keputusan lo." jawabnya.
"Hmm, gatau ini gue harus apa lagi.." lanjut gue yang kemudian tenggelam dalam lamunan gue sendiri.
"WOOOYY!! Lamun aja mele, yu ah cabut ke tempat les, ntar telat lagi." tiba-tiba Raha udah ada di depan muka gue, anjrit, untung gue kaga punya penyakit jantung yang parah.
"Yu ah cabut, lamun mele lo, Lith, sambet baru tau rasa deh." ujar Sekar yang langsung berlalu menarik Amel keluar kelas.
"Setan lo! Untung gue kaga jantungan kampret!" umpat gue ke Raha, diikuti tawanya yang terdengar puas. 
Gue dan ketiga sahabat gue pun berlalu dan segera menuju tempat les yang jaraknya gajauh-jauh amat dari sekolah gue, yaa, cuman 5 menit nyampe lah kalo jalan kaki.

Gue baru mau buka pintu kelas gue di tempat les saat ada sesuatu nahan tangan gue yang satu lagi, fix jantung gue naik ke kerongkongan, mau keluar dari badan gue. Gue ngebalik. Rizkia. Temen sekelasnya Rizqy. Temen sekelas gue juga waktu kelas VIII. Ketiga sahabat gue yang tadinya udah mau masuk kelas gajadi masuk, cuman berdiri depan pintu, wait, listen, and see what'll happen. Mereka tau, gue gadeket-deket banget sama Rizkia. So, mereka mewanti-wanti apa yang bakal Rizkia omongin ke gue.
"Apaan, Ki? Bikin kaget njrit." ujar gue.
"Lo masih sama Rizqy kan, Lith? Belom putus kan?" tanyanya.
"Iyelah masih, belom, belom putus. Cuman yaa, gitu aja. Gantung gajelas, sayang gasayang, kangen setengah-setengah, khawatir gajelas, ikhlas ga ikhlas mau ngelepasin. Gada kabar mele." jawab gue dengan suara yang makin lama makin pelan.
"Sumpah lo masih pacaran sama Rizqy? Njir, sekelas gue lagi tuh lagi ngomongin Rizqy lagi deket sama kakaknya Bram, dan mereka tuh kayanya deket banget. Lo beneran masih pacaran sama dia?" 
Deg. Omongan Rizkia berhasil buat gue, Sekar, Raha, dan Amel bertatap-tatap dengan tatapan kaget. Leher gue kaya yang dicekek, hati gue kaya yang ditusuk-tusuk, well, gue emang akhir-akhir ini denger gossip itu, tapi gue gamau percaya dulu. Sampe. Rizkia bilang ini semua. Dengan satu tarikan nafas yang cukup berat, gue mencari kekuatan buat ngomong.
"Iya, Ki, gue masih sama Rizqy. Hehe. Thanks infonya, gue duluan." jawab gue yang langsung menerobos masuk ke kelas dengan tatapan kosong.

"Litha, Lith, Litha, ih, Lithaaa.." panggil Sekar seraya mengguncang-guncangkan badan gue. Gue denger kok, gue denger dari tadi Sekar, Amel, sama Raha manggi-manggil gue dengan nada panik. Gue masih memilih bungkam, berusaha mencerna dan mencari keputusan yang tepat setelah pembicaraan singkat dengan Rizkia tadi. 
"Litha.. Please ngomong, kita butuh kepastian kalo lo ga kenapa-napa.." ujar Raha lembut.
'Anjrit, you gotta be kidding me, Raha. Gakenapa-napa kata lo? Pala lo peyang gue gakenapa-napa. Gossip yang gamau gue percaya sekarang beneran jadi kenyataan? Nightmare ini mah nightmare, settaaaaannn!!!' umpat gue dalam hati.
"Hem, iya gue gakenapa-napa. Gue besok mau minta putus aja sama Rizqy. Gue cape juga lagian, semenjak kenaikan kelas dia kaya ganganggep gue, cape gue, percuma pacaran 7 bulan kalo hampir setengah waktu itu gue dianggurin. Mending jomblo, kalem, woles, enjoy. Yega?" kata gue dengan nada yang dibuat sewoles mungkin, padahal dalam hati dari tadi gue udah pengen teriak-teriak, menangis sekejer-kejernya, dan memaki bahwa semuanya gabener.
"ASLIAN LO?" tanya Sekar, Amel, dan Raha kompak.
"Apasi sosoan kompak kalian, iya. Sumpahan, anter gue siapapun besok nyari Rizqy." lanjut gue.
"Okey, tar gue anter lo. Jangan sampe nyesel ya." ujar Amel, dia emang orang yang paling deket sama Rizqy diantara sahabat-sahabat gue.
"Hm.." sahut gue dengan senyum tipis yang dipaksakan.

***

Sesudah bel pulang terdengar, Amel menepati janjinya. Gue sama Amel nyari Rizqy sekarang. Deg. Mata gue menangkap sesosok orang yang sedang kami cari. Amel kayanya masih celingukan nyari Rizqy, gue diem aja, gue gamau bilang kalo gue udah nemu Rizqy, gue belom siap sebenernya.
"NAH! Tuh orangnya, buru bilang, Lith, daripada lo galau galau terus, lo gabakal bisa mendem gitu terus. Lo juga punya perasaan kan." ujar Amel cepat.
"Gue, gue takut bilangnya Mel, lo yakin gue bilang aja ini?" tanya gue ragu.
"Iyalah, udah bilang aja sana." lanjut Amel.
"T.. T.. Tapi Mel, gue takut sumpah gaberani gue-"
"Woy, Qy! Sini bentar, Litha mo ngomong! Buruan sini!" panggil Amel.
'Settaaann, gue harus apa sekarang. Okey, tenang Lith, tenang, ini kaya ngobrol biasa, lo ngomong to the point aja. Cepet beres, lo cepet pulang. Sip.' ujar gue dalam hati.
"Whut whut, hey Lith, kenapa?" tanya Rizqy dengan nada cerianya seperti biasa, dilengkapi senyum indah yang terukir di wajahnya.
'Kampret, ni cowo makin ganteng aja, elah.' sambung gue dalam hati.
"Oy, Litha duh, kok malah ngelamun sih.." lanjut Rizqy.
"Eh, duh, sorry. Eum.. Qy, gue mau bilang, kayanya.. Hft, duh.." ujar gue terbata-bata.
"Yaelah, apadeh Lithaa, kenapaa? Woles aja yellah, biasanya juga woles kaann.." kata Rizqy gemas menunggu omongan gue yang keputus-putus mele.
"Hft, okey. Qy, kayanya kita udahan sampe sini aja ya, kitanya juga udah banyak berubah, kayanya temenan better deh, Qy. Kita masi tetep bisa deket kan?" kata gue dengan satu tarikan nafas.
'Gaaaa anjrit, LO yang banyak berubah, Qy, eloooooo ya Tuhaann..'  hati gue menjerit.

Rizqy memandangi gue dengan tatapan gapercaya, ngga, itu bukan tatapan gapercaya, itu tatapannya yang kaya biasa, tatapannya yang selalu dia pake buat ngeliat orang-orang, tatapannya ngga ada tatapan sedih atau semacamnya. Tatapannya......... Kaya yang biasa aja, malah lebih ke arah seneng. Dia diem sebentar. Gue diem, ngeliatin dia bakal ngomong apa. Amel udah menjauh dari tadi, gajauh banget, masih bisa mendengar percakapan kita. Setelah satu menit diam, gue liat Rizqy menarik napas, well, dia bakal ngomong apa.
"Iya okey, gapapa,  maafin kalo gue banyak berubah, maafin gue gabisa jadi yang terbaik buat lo, kita tetep temenan ya?" kata Rizqy.
"Yes of course, kita tetep temenan.. Okey gue duluan ya, Qy, thanks a lot buat semuanya yang udah lo kasih ke gue selama ini. Bye, Qy. Ayo, Mel, balik." ujar gue yang langsung ngacir.

Dari ujung mata, gue bisa liat Amel ber-high five tanda perpisahan dengan Rizqy, dan galama Amel udah ada di samping gue. Shit, gue ngerasa mata gue panas, apa iya ini air mata? Gue gamungkin nangis, gue yang mutusin dia, dianya aja biasa-biasa aja, kok gue nangis. Tanpa terasa cairan bening itu mengalir di pipi gue, dan jatuh membasahi lengan seragam gue. Ya Tuhan.. Gue beneran nangis?? Gamungkin, Tuhan.. Tuhan, bantu gue cepet ngelupain cowo itu..

***

to be continued. 

***
 
beneran yang inimah tbc, dilanjutin.
maaf kalo gadapet feelnya, gue pusing ini.
bentaran ya.

2 komentar: